September 21, 2020

Kegawatdaruratan Bencana yang Umum terjadi

Salah satu bentuk pengakuan internasional yang dapat dibuktikan bahwa perusahaan telah menerapkan K3 di tempat kerjanya adalah memiliki sertifikat kelulusan berdasarkan standar ISO 45001:2018. Sertifikat tersebut merupakan lambang pengakuan dari pihak luar yang kredibel dan independen bahwa organisasi sudah menjalankan persyaratan di ISO 45001:2018 di tempat kerjanya.

Salah satu bentuk penerapan K3 di perusahaan adalah dengan menerapkan keamanan dan Keselamatan aset perusahaan mulai dari barang hingga nyawa karyawan adalah dengan menerapkan sistem penanggulangan kegawatdaruratan bencana. Karena apapun bentuk bencana yang terjadinya tentunya akan mempengaruhi operasional perusahan dan dapat menyebabkan kehilangan atau kerugian. Pemerintah Indonesia sendiri mengatur penanggulangan bencana dengan mengeluarkan Undang- undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Menurut peraturan tersebut, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Berikut ini tiga bencana yang sering terjadi di kalangan umum, beserta penyebabnya, sebagai berikut:

  1. Gempa dan Likuifaksi (Tanah Mencair)

Sejak gempa dan tsunami melanda Palu dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, lebih dari 2.000 jenazah telah ditemukan. Namun, jumlah pasti korban meninggal dunia amat mungkin tidak akan diketahui mengingat sejumlah daerah pemukiman tersapu tsunami dan likuifaksi sehingga mengubur banyak orang.

Apa yang menyebabkan gempa? Gempa disebabkan oleh lempengan bumi yang saling bertumbukan satu sama lain. Ini terjadi secara konstan, namun kadang tumbukannya cukup besar dan relatif dekat dengan area padat penduduk sehingga menimbulkan konsekuensi parah. Pada kejadian di Palu, getaran-getaran kecil terjadi sepanjang hari, namun gempa 7,4 pada skala Richter berlangsung saat Patahan Palu Koro yang melintasi Kota Palu, bergeser sekitar 10km di bawah permukaan tanah. Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian besar di antaranya tidak dirasakan warga. Wilayah Indonesia sangat berpotensi mengalami gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik. Selain berada di antara lempeng-lempeng utama dunia, posisi Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah ‘tapal kuda’ sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

Apa yang menyebabkan tanah mencair? Setelah gempa dan tsunami melanda, ada fenomena lain yang terjadi, yaitu likuifaksi. Likuifaksi berlangsung pada tanah berpasir yang mudah terendam air, seperti tanah di Kota Palu yang dekat dengan laut. Guncangan yang ditimbulkan gempa menyebabkan tanah kehilangan ikatan sehingga melarut seperti air dan mengalir, membawa bangunan dan kendaraan di atasnya. Di perumahan Balaroa, Kota Palu, sekitar 1.700 rumah tertelan bumi setelah gempa menyebabkan tanah menjadi cair hingga ribuan orang diyakini terkubur, sebut Badan SAR Nasional. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan likuifaksi menyebabkan banyak orang meninggal dunia.

  1. Bencana Kebakaran Kapal Laut

Keluarnya api dari tempat sumbernya di mana sebelumnya tidak ada api disebut dengan pengapian (ignition), sedangkan “flash” adalah istilah yang digunakan atas terjadinya letusan api di tempat baru sebagai akibat dari api yang ada di tempat terdekatnya atau sumber pengapian. Kebakaran di kapal dapat dicegah dengan menemukan secara akurat dan memperbaikinya bila misalnya adanya kebocoran bahan bakar minyak, minyak pelumas, dan gas buang. Pada kamar mesin khususnya ruang generator kapal, bahaya terbesar adalah timbulnya api dari pipa yang bertekanan tinggi yang mengalami kebocoran bahan bakar. Oleh karena itu, kapal harus dipasang indikator sensitif untuk mengetahui adanya api dan diperiksa oleh surveyor. Pada mesin-mesin kapal yang buatan baru saat ini, biasanya terdapat pipa berjenis push-type cover (jenis penutup yang ada indikator). Namun, untuk mesin-mesin yang lama biasanya tidak tersedia sehingga cukup sulit untuk memberikan data kebocoran. Kebocoran bahan bakar terutama disebabkan karena terjadinya getaran pada pipa, klem pipa yang bergesekan dengan pipa sehingga mengakibatkan keausan dan lubang, sambungan pipa yang ada di belakang alat pengukur tekanan yang rusak diakibat oleh adanya sambungan yang sudah tua (umumnya hal ini tidak terlihat secara langsung), kebocoran alat kelengkapan pada boiler (bila ada) dan insinerator dll. Kebocoran ini adalah penyebab yang paling umum sebagai “hot spot” api. Maka dari itu pemeriksaan yang cermat dan berkala harus dilakukan pada boiler dan insinerator. Kebakaran sebagian besar dicegah dengan memberikan penutup yang efektif pada permukaan yang panas seperti misalnya pada turbocharger, gas buang mesin induk, pipa-pipa uap dan pipa yang terdapat minyak panas.

  1. Bencana Kecelakaan Pesawat Terbang

Berita kecelakaan pesawat terbang sontak membuat kita bertanya-tanya mengenai keamanan dan ancaman terorisme. Namun, sampai fakta-fakta terkait terungkap, tidak bijak jika kita berspekulasi mengenai penyebab suatu kecelakaan. Tapi yang jelas, ada beberapa penyebab kecelakaan yang umum terjadi.

    • Kesalahan pilot

Karena pesawat terbang kini semakin dapat diandalkan, proporsi kecelakaan yang timbul akibat kesalahan pilot kian meningkat dan kini mencapai 50%. Pesawat terbang terdiri dari mesin-mesin kompleks yang memerlukan banyak pemeliharaan. Karena pilot secara aktif terlibat dengan pesawat pada tiap tahap penerbangan, ada banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan, dari kegagalan untuk memprogram dengan benar flight-management computer (FMC) hingga salah hitung bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengangkat pesawat. Meskipun kesalahan demikian patut disesali, penting untuk mengingat bahwa pilot berperan sebagai garis pertahanan terakhir saat terjadi suatu kesalahan besar.

    • Kerusakan mesin

Meskipun kualitas desain dan manufaktur terus mengalami peningkatan, kegagalan peralatan masih menyumbang 20% dari kecelakaan pesawat terbang. Walaupun mesin-mesin pesawat dewasa ini jauh lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan setengah abad yang lalu, terkadang mereka masih mengalami kerusakan yang mencengangkan.

    • Sabotase

Sekitar 10% kegagalan pesawat terbang disebabkan sabotase. Sebagaimana sambaran petir, risiko kecelakaan dari sabotase jauh lebih sedikit dibandingkan kekhawatiran orang-orang. Namun, sepanjang sejarah terdapat beberapa serangan yang disebabkan oleh pelaku sabotase.

    • Kesalahan manusia jenis lainnya

Penyebab lain kecelakaan pesawat adalah kesalahan manusia, seperti kelalaian pengendali lalu lintas udara, dispatcher, pemuat barang, pengisi bahan bakar atau teknisi pemeliharaan. Karena terkadang diharuskan bekerja dalam shift yang panjang, para teknisi pemeliharaan pesawat yang kelelahan berpotensi membuat kesalahan yang fatal.

 

Penanggulangan dari setiap kegawatdaruratan bencana tentunya akan berbeda, tergantung dengan penyebab dari kegawatdaruratan bencana yang terjadi. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki skenario untuk setiap kegawatdaruratan bencana yang mungkin terjadi di lingkungan operasinya dan menyosialisasikannya agar setiap personel mengetahui apa yang harus dilakukannya jika terjadi bencana.

Sumber: Majalah Katiga No 68/Th.XI/2018

 

 

 

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment

Submit