August 20, 2019

Kasus Tumpahan Minyak Pesisir Utara Jawa

Tumpahan Minyak

Tumpahan Minyak

Hampir satu bulan belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan berita bocornya minyak mentah akibat pengeboran yang dilakukan oleh cucu perusahaan BUMN di pesisir pantai utara Karawang, Jawa Barat yang sampai dengan saat ini kebocorannya mencapai 400-500 barrel per hari. Jumlah ini didapat dari rerata harian hasil tangkapan tumpahan minyak yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Hampir satu bulan belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan berita bocornya minyak mentah akibat pengeboran yang dilakukan oleh cucu perusahaan BUMN di pesisir pantai utara Karawang, Jawa Barat yang sampai dengan saat ini kebocorannya mencapai 400-500 barrel per hari. Jumlah ini didapat dari rerata harian hasil tangkapan tumpahan minyak yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Berikut kronologi dari kejadian kebocoran minyak dan penanggulangan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dan perusahaan terkait.

12 Juli 2019, Berdasarkan keterangan dari perusahaan terkait, kebocoran minyak di pengeboran minyak lepas pantai Karawang mulai terjadi pada Jumat, 12 Juli 2019 ini  disebabkan oleh aktivitas re-entrysaat pengeboran di sumur YYA-I.

14 Juli 2019, Pekerja dari perusahaan tersebut terus berupaya maksimal dalam menanggulangi kondisi yang tidak normal sesuai prosedur operasi sejak 12 Juli 2019.

16 Juli 2019, Mulai tampak adanya lapisan minyak (oil sheen) di permukaan laut sekitar gelembung gas. Awal kemunculan gelembung gas ini diduga hanya anomali tekanan saat reaktivasi sumur.

17 Juli 2019, Tumpahan minyak terlihat disekitar anjungan.

18 Juli 2019, Tumpahan minyak mencapai pantai arah barat. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Djoko Siswanto, mengingatkan bahwasanya tumpahan minyak yang menerjang pesisir Karawang dan sekitarnya bisa menimbulkan risiko terburuk berupa semburan gas (blow out).  Bahkan skalanya bisa besar seperti yang terjadi di Teluk Meksiko, Amerika Serikat.

19 Juli 2019, Cairan hitam pekat dan berbau mulai menyerbu pesisir Karawang. Warga yang pertama kali melihat adalah para nelayan udang yang merasa heran lantaran udang yang biasanya mudah didapatkan menjadi begitu sulit ditemui. Jaring yang mereka gunakan malah menjerat cairan yang belakangan diketahui merupakan minyak mentah. Beberapa hari berselang, warga dari salah satu desa di Karawang menyatakan bahwa pengusaha tambak di daerah tersebut melaporkan kematian mendadak ikan-ikannya.

Warga sekitar juga menyampaikan sebenarnya hampir setiap tahun kebocoran minyak terjadi di pesisir Karawang. Namun biasanya gumpalan minyak itu hanya berlangsung sehari saja mengotori pantai. Seingatnya, gumpalan minyak terjadi akhir Desember 2018.

22 Juli 2019, Beberapa pulau sudah terkena dampak minyak mentah. Operasi pembersihan diperluas bukan hanya di Karawang, namun mulai merambah ke daerah lain yang mulai terdampak, seperti Kepulauan Seribu. Tumpahan minyak yang mulai mencapai Kepulauan Seribu ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Bupati Kepulauan Seribu Husain Murad yang menyatakan, “Sejak tanggal 22 Juli lalu, oil spill sudah sampai ke Kepulauan Seribu, khususnya di wilayah selatan. Tujuh pulau di sekitar Untung Jawa,”.

1 Agustus 2019, Jumlah luberan minyak menyusut hingga tinggal sepuluh persen dari awalnya mencapai 3.000 barel per hari menjadi 300 barel per hari. Perusahaan terkait melakukan pengeboran sumur baru relief well (RW) YYA-1RW untuk menghentikan munculnya gelembung gas dan tumpahan minyak yang mencemari perairan Karawang, Jawa Barat. Sumur baru ini dibor secara miring menuju lokasi lubang sumur YYA-1 hingga mencapai titik kedalaman tanah tertentu untuk menutup sumur YYA-1. Pengeboran sumur baru itu telah dimulai sejak Kamis (1/8) pukul 14.00 WIB atau dua hari lebih cepat dari jadwal semula dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter.

3 Agustus 2019, Pembersihan dan penghambatan sebaran tumpahan minyak dilakukan secara manual dengan menggunakan serokan patrol, lalu dikumpulkan dengan kantong-kantong patrol.  Personel dari pihak kabupaten setempat, Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Korps Polisi Air Udara (Korpolairud) Baharkam Polri juga terlibat dalam melakukan penyisiran dengan KP Kepodang-5001. Selain polisi, tim dari p8erusahaan terkait pun ikut dalam operasi pembersihan tersebut. Tumpahan minyak mentah yang diambil dan kemudian akan dikumpulkan ke Dermaga milik Perusahaan BUMN tersebut untuk diangkut ke lokasi pengolahan limbah B3 yang bersertifikat. Pembersihan ini dilakukan agar dampak dari tumpahan minyak mentah ini dapat diminimalkan sehingga tidak meluas dan merugikan lebih banyak pihak lagi.

Pada proses penanganan risiko pencemaran lingkungan, Perusahaan terkait telah menggerakkan 27 kapal dan 12 set oil boom. Untuk menjaga agar tidak ada aktivitas nelayan di sekitar lokasi, mereka juga bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas mengerahkan 7 unit kapal patrol.

7 Agustus 2019, sebagai langkah antisipasi IMT juga memasang satu set oil boom sepanjang 400 m di sekitar FSRU Nusantara Regas, 4 skimmer dan 44 kapal. Sedangkan di darat menggunakan 2.670 m oil boom di muara sungai dan pembersihan bersama dengan masyarakat dan pihak terkait.

Perkembangan tahap pengeboran YYA1-RW memasuki kedalaman sekitar 540 meter dan sedang dalam tahap persiapan pengeboran hole section 17 sampai 1/2 inch.

9 Agustus 2019, Setidaknya lebih dari 1.500 personel dan peralatannya membersihkan ceceran minyak yang tidak tertangkap di laut dan pantai. Perwakilan dari perusahaan terkait menjelaskan, warga yang terlibat dalam aksi pembersihan oil spill ini adalah tenaga pendukung yang melakukan aksi atas keinginan sendiri. Tenaga pendukung ini adalah warga setempat yang sehari-harinya hidup dan tinggal di kawasan itu.

Guna menjaga kesehatan warga di perairan terdampak, Cucu perusahaan BUMN ini juga mendirikan Pos Kesehatan di area terdampak. Mereka telah bersinergi dengan Pertamedika dengan mengirimkan lima ambulan, lima dokter dan 35 paramedis yang disebar di lima Posko Kesehatan. Selain dokter dan perawat, perwakilan dari perusahaan dan Pertamedika juga menyiagakan ambulan emergency yang dilengkapi dengan AED (Automated External Defibrillator) atau alat defibrilasi jantung otomatis.

Sumber:
https://petrotrainingasia.com/kasus-tumpahan-minyak-pesisir-utara-jawa/

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment