August 28, 2019

Kebakaran Hutan Amazon Jadi Sorotan Dunia


Belum selesai masalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Indonesia, dunia kembali diguncang dengan berita kebakaran hutan hujan terbesar di dunia atau dikenal juga dengan paru-paru dunia. Hutan Amazon yang memproduksi lebih dari 20% oksigen di dunia dan telah menjadi rumah bagi jutaan macam species tanaman dan hewan ini terbakar sejak awal Agustus 2019.

Belum selesai masalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Indonesia, dunia kembali diguncang dengan berita kebakaran hutan hujan terbesar di dunia atau dikenal juga dengan paru-paru dunia. Hutan Amazon yang memproduksi lebih dari 20% oksigen di dunia dan telah menjadi rumah bagi jutaan macam species tanaman dan hewan ini terbakar sejak awal Agustus 2019.

Amazon yang sejatinya menjadi wastafel bagi gas Karobondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan mengubahnya menjadi Oksigen, kini turut menjadi penyumbang karbondioksida dan tidak mampu menghasilkan oksigen seperti sediakala.

Kebakaran hutan di Amazon lazim terjadi setiap tahunnya, namun tahun 2019 tercatat sebagai tahun terparah karena terjadi peningkatan sebesar 80% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam periode yang sama. Bahkan tingkat keparahannya sudah melebihi kebakaran yang terjadi di tahun 2016 yang tercatat sebagai kebakaran terparah yang pernah terjadi di Amazon. Institute Luar Angkasa Brazil (Inpe) mendeteksi lebih dari 74.000 titik api yang terlihat sejak Januari hingga Agustus 2019, sementara pada periode yang sama di tahun lalu, titik api terdeteksi sebanyak 40.000 dan tahun 2016 sebagai tahun terburuk sebanyak 68.000 titik api.

Kebakaran hutan yang terjadi di Amazon mulai menjadi sorotan sejak satelit menangkap adanya asap yang menyebar di sepanjang Brazil hingga ke kota Sao Paulo yang berjarak lebih dari 2.700 kilometer. Asap juga sudah mulai menyebar ke negara lainnya seperti Peru, Bolovia, dan Paraguay.

Penyebab dari kejadian kebakaran hebat ini diduga akibat ulah manusia yang hendak membuka lahan untuk pertanian dan peternakan. Pembukaan lahan dengan cara pembakaran sering dilakukan oleh masyarakat saat vegetasi sedang kering agar ternak mereka bisa merumput. World Widelife Fund menyatakan bahwa sudah lebih dari 20% bioma Amazon telah hilang karena pertambangan, penebangan, pertanian, pembuatan bendungan hingga pembuatan jalan.

Greenpeace mengatakan bahwa kebakaran hutan dan perubahan iklim sudah seperti sebuah lingkaran setan yang saling berkaitan. Ketika kebakaran meningkat, emisi gas rumah kaca juga turut meningkat dan menyebabkan suhu di bumi semakin tinggi. Peningkatan suhu ini juga menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem seperti musim kemarau yang semakin panjang dan mempengaruhi sifat alam hutan, keanegaragaman hayati, pertanian dan kesehatan manusia.

Selain pemerintah Brazil yang sudah mengumumkan keadaan darurat atas kejadian kebakaran besar ini, pemerintah dari negara lain dan organisasi-organisasi pecinta lingkungan juga turut membantu membuat rencana pemadaman api dan mitigasinya.

Seorang ekologis menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan satelit, terdapat banyak sekali lahan yang sudah dibuka namun terbengkalai tidak digunakan yang bisa dimanfaatkan untuk lahan ternak dan pertanian. Sehingga seharusnya pembukaan lahan tidak perlu dilakukan lagi.

Hutan hujan Amazon memegang peran sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia di masa yang akan datang. Jika kebakaran ini berlangsung terus menerus tanpa adanya upaya yang berarti, Amazon yang sedianya menjadi paru-paru dunia yang mencegah bahaya global warming, justru menjadi penyumbang karbondioksida dalam jumlah besar dan berkontribusi dalam masalah global warming.

Sebagai penduduk sipil, sebaiknya kita ikut bertindak, bukan hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-apa selagi masalah global warming ini semakin parah. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memitigasi global warming diantaranya adalah membantu asosiasi-asosiasi yang mendukung pelestarian hutan serta menggunakan produk-produk yang sudah menerapkan nilai konservasi tinggi pada proses produksinya. Kita juga bisa mulai mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan lebih banyak berjalan kaki untuk mengurangi produksi gas emisi dari kendaraan.

Mari kita mulai dari diri sendiri untuk masa depan yang lebih sehat.
Olahan data dari digitalfinger.id Sumber:
https://environment-indonesia.com/kebakaran-hutan-amazon-jadi-sorotan-dunia/

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment

Submit