February 11, 2021

Kenapa kita harus menerapkan Behaviour Based Safety (BBS) Program?

Kenapa Perlu Menerapkam Behaviour Based Safety

Keselamatan dapat kita gantungkan kepada teknologi (misal: mobil yang sangat safe), regulasi atau sistem manajemen (melakukan apa yang diwajibkan dan menghindari apa yang dilarang), atau manusianya sendiri.

Jika dianalogikan, security aset dianggap sebagai sesuatu yang harus kita amankan. Mengamankan aset artinya seluruh aset harus aman dari pengerusakan, pencurian, sabotase, dsb. Keamanan aset tersebut akan sangat bergantung kepada teknologi pengamanan atau sistem pengamanan. Hidup matinya aset tersebut bergantung dari factor di luar aset itu sendiri, antara lain pemilik aset, teknologi pengamanannya dan pencuri/perusak aset.

Apapun yang terjadi pada aset tersebut pasti karena kesalahan pemiliknya (misalnya meletakkan di sembarang tempat), alat pengaman (misalnya CCTV-nya mati, pagarnya rusak, dst), dan karena keberhasilan pencurinya atau perusaknya. Sehingga tidak ada satu pun yang akan kita bebankan kepada aset tersebut. Hal ini berlaku karena aset tersebut hanyalah objek, sedangkan subjeknya sendiri adalah pemilik dengan teknologi pengamanannya dan pencuri/perusak asetnya.

Dalam hal ini, pencuri/perusak akan menjadi ancaman (threat), sedangkan aset (yang tidak dijaga) menjadi kerentanan (vulnerable). Ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability) adalah penyebab insiden keamanan yang akan terjadi pada aset tersebut. Dengan analogi serupa, mari kita lihat dalam konteks keselamatan (safety). Jika kita membahas keselamatan, maka yang menjadi ancamannya adalah bahaya (hazard). Namun, dalam konteks keselamatan yang menjadi aset yang dilindungi adalah manusia, tetapi manusia bisa juga menjadi ancaman (threat). Bisa orang lain (rekan kerja) atau dirinya sendiri.

Jika dilihat aset memiliki sifat pasif, sedangkan manusia memiliki sifat aktif. Mengapa? Karena aset tidak bisa melukai dirinya sendiri, maka aset akan bergantung pada factor luarnya (teknologi dan manusia pemilik atau penjaganya), tapi karena manusia bisa melukai dirinya sendiri, maka manusia juga harus bergantung pada dirinya sendiri, selain bergantung pada faktor yang di luar dirinya (teknologi/sistem dan manusia lain).

Ancaman (threat) pada konteks keselamatan dapat kita sebut sebagai bahaya yang timbul karena tindakan tidak aman (unsafe act). Manusia pasti berpotensi melakukan unsafe act. Kepastian yang dimaksud bisa disebut sebagai human failure atau human error. Berbeda dengan security, pencuri/perusak dengan sengaja dan berniat mencuri/merusak aset. Tetapi di dalam keselamatan, manusia umumnya tidak sengaja atau tidak berniat mencederai dirinya sendiri.

Bagaimana dengan karyawan yang bekerja di ketinggian tanpa menggunakan proteksi? Apakah dia sengaja mengekspos dirinya kepada situasi berbahaya? Jawabannya: Manusia tidak akan pernah ingin mencelakakan dirinya sendiri (kecuali alasan psikologis, tapi ini di luar konteks). Sehingga tidak masuk akal kalau manusia sengaja mencelakakan dirinya.

Manusia kerap menghadapi situasi seperti slip, lupa, salah (mengambil keputusan), dan sengaja melanggar prosedur (shortcut, umumnya untuk tujuan yang baik agar pekerjaan cepat selesai). Ketidaktahuannya pada bahaya dan ketidaksadarannya bahwa yang dilakukan adalah tidakan tidak aman, kurang pengetahuan mengenai bahaya, cara mengendalikannya, serta bentuk-bentuk (skenario) kecelakaan yang mungkin terjadi akan membuat orang melakukan tindakan tidak aman (tanpa pernah berniat mencelakakan dirinya).

Sebagai contoh, ketika orang tua melarang anaknya memanjat pohon. Si anak tidak tahu kalau ada skenario jatuh. Tapi orang tua sudah tahu, karena orang tua sudah memiliki ilmu dan pengalaman. Hanya dengan intervensi orang tualah kecelakaan itu bisa dicegah, tentunya dengan mencegah adanya tindakan tidak aman (memanjat tanpa perlindungan/kompetensi yang cukup).

Baca juga: Behaviour Based Safety

Jadi, kenapa kita perlu menerapkan Behavior Based Safety?

 

Meskipun teknologi dan sistem sudah disediakan dengan spesifikasi paling unggul, manusia tetap memiliki kehendak bebas untuk mengekspos dirinya pada situasi berbahaya dengan melakukan unsafe act. Kehendak bebas ini, bisa karena slip, lupa, salah mengambil keputusan, maupun violation.

Berbeda dengan aset yang bersifat pasif, aset tidak bisa mencelakakan dirinya. Sedangkan manusia yang bersifat aktif, disediakan atau tidak teknologi, disediakan atau tidak pelindung keselamatan, manusia bisa (dengan kehendak bebasnya) mengabaikannya, tidak memakainya, memakai dengan salah, dst sehingga berisiko celaka.

Daftar sekarang: Behaviour Based Safety Training

 

Program BBS ini dapat kita jadikan langkah awal untuk mengintervensi unsafe act (karena manusia pasti error). Orang yang diintervensi akan menjadi lebih tahu dan lebih aware, sama halnya dengan orang yang pernah ditilang oleh Polisi, di kemudian hari orang tersebut pasti akan lebih “aware” terhadap polisi yang ada di depannya ketika mengemudi. Aware yang diikuti dengan perilaku safe, meskipun awalnya terpaksa, lama-lama akan menjadi kebiasaan (habit). Jadi BBS membuat orang menjadi terbiasa berperilaku aman.

Penyusun: Fahmi Munsah dan Tri Utami Pramudyastuti

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment