June 29, 2020

New Normal dengan Polusi Udara

new normal dengan polusi udara

Indeks kualitas udara selama masa pandemi Covid-19 mengalami penurunan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari LAPAN, konsentrasi kualitas udara pada Maret 2020 lebih kecil dibandingkan dengan Maret 2019. Kemungkinan, hal ini terjadi karena penerapan bekerja di rumah (WFH) yang dilakukan sejumlah industri membuat aktivitas manusia, kendaraan dan industri berkurang.

Berdasarkan aplikasi monitoring kualitas udara di Jakarta sempat berada pada kategori hijau, sejalan dengan laporan masyarakat yang dapat melihat langit biru serta pegunungan dari kejauhan. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Polusi udara tidak mengalami penurunan yang signifikan. Selama 3 minggu masa WFH, indeks kualitas udara berada pada kategori kuning dan oranye.

Lalu bagaimana indeks kualitas udara pada masa kenormalan baru (new normal)?

Menurut data AQI Air Visual, DKI Jakarta kembali berada di peringkat lima besar kota di dunia dengan tingkat polusi tertinggi pada jam-jam tertentu. Pada awal pemberlakuan kenormalan baru tanggal 5 Juni 2020, terjadi peningkatan konsentarsi partikulat PM 2,5. Greenpeace Indonesia melakukan sampling monitoring kualitas udara di Jakarata Pusat dan Jakarta Selatan, selama 2 minggu di bulan Juni terjadi lonjakan yang signifikan, bahkan di atas baku mutu ambien nasional yaitu 65 µg/m3 per hari. Berdasarkan data, indeks kualitas udara bulan Maret hingga Juni 2020 ini lebih buruk daripada tahun-tahun sebelumnya.

Dapat disimpulkan dari data di atas, masa sebelum PSBB, PSBB, maupun kenormalan baru tidak menunjukkan perbedaan kualitas udara yang signifikan. Kondisi kenormalan baru yang diterapkan pemerintah hanya berlaku untuk adaptasi protokol kesehatan, tapi tidak dapat dijadikan upaya untuk perbaikan indeks kualitas udara.

Walaupun sudah berkurangnya berbagai aktivitas yang dapat menyebabkan polusi udara, nyatanya masih terdapat sumber emisi lain yang luput dari perhatian publik dan Pemerintah. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas udara di suatu wilayah. Selain aktivitas manusia, kendaraan, dan industri, polusi udara bergantung pada cuaca, arah angin, kepadatan populasi serta intensitas cahaya.

Terjadinya wabah ini, membuat kita sadar, bahwa betapa pentingnya udara bersih. Sebab polusi udara sedikitnya dapat meningkatkan risiko kematian dini. Sebuah penelitian melaporkan bahwa 90% populaso di dunia menghirup udara dengan tingkat polusi yang tinggi. Polusi udara sudah menjadi krisis kesehatan secara global. Sudah sepatutnya kita mengambil langkah untuk menangani masalah polusi udara sehingga kebutuhan udara bersih sedikit demi sedikit akan terpenuhi.

Synergy solusi member of Proxsis Group sebagai penyedia solusi di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Lingkungan dan Energi mendukung Gerakan Melawan Polusi Udara dengan memberikan solusi dan pelatihan-pelatihan untuk menanggulangi pencemaran udara khususnya yang disebabkan oleh industri-industri.

 

Sumber:

www.greanpeace.org

 

 

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment

Submit