October 26, 2020

Penilaian Risiko dan Metode yang Dapat Digunakannya

K3 atau Kesehatan Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada setiap level pekerjaan. Salah satu cara untuk menjaga K3 di lingkungan pekerjaan kita adalah dengan mulai dari meminimalisir risiko kerja yang dapat dilakukan menggunakan berbagai metode. Penilaian risiko ini dapat kita lakukan mulai dari identifikasi risiko kerja sebelum menyiapkan langkah-langkah preventifnya.

Synergy Solusi member of Proxsis Group sangat menjunjung tinggi upaya untuk meningkatkan penerapan K3 di lingkungan kerja. Melansir sejumlah kajian ilmiah dari beberapa sumber, berikut tahapan-tahapan identifikasi risiko kerja dan beberapa metode yang dapat digunakan oleh rekan-rekan untuk melakukan penilaian risiko.

Pertama yakni metode perbandingan, yaitu metode yang membandingkan suatu rancangan terhadap suatu standar atau desain, dalam bentuk seperti daftar periksa (checklist). Fungsinya sebagai acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari pengalaman atau standar analisis tertentu, seperti apa yang boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna saat proses perancangan untuk membantu ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang terlupakan.

Kedua, metode fundamental, yaitu metode yang tersusun untuk memotivasi orang yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan tujuan mengidentifikasi bahaya. Berikut yang termasuk dalam metode kelompok ini adalah:

  1. Preliminary Hazard Analysis (PHA) atau analisis bahaya awal, merupakan suatu sistem atau metode yang biasanya digunakan untuk menjelaskan dengan teknik kualitatif untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap awal dalam proses desain. Prinsip dari PHA, untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan berkembang menjadi kecelakaan. Ini dilakukan dengan menimbulkan situasi atau proses yang tidak direncanakan. Ini penting untuk melakukan identifikasi bahaya dari awal yang bertujuan untuk mengimplementasikan corrective action pada proses desain.
  2. Hazard Operability Study (HAZOPS), merupakan metode yang digunakan industri untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap desain rekayasa. Tujuannya untuk menganalisis bagian sistem satu per satu dan menjelaskan bagaimana kondisi ideal untuk suatu sistem bisa Langkah awal dilakukan dengan mendapatkan tinjauan dari sistem berupa gambar teknis atau informasi lain dari sistem tersebut.
  3. Risk Based Inspection (RBI), yakni penilaian risiko dan manajemen proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Fokus RBI adalah penilaian risiko yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan. RBI dapat memberikan masukan kepada manajemen untuk merencanakan jadwal inspeksi dan pemeliharaan pada peralatan termasuk penganggaran biayanya.
  4. What-If merupakan metode identifikasi bahaya awal untuk meninjau desain dengan menanyakan serangkaian pertanyaan awal yaitu bagaimana-jika atau what-if. Analisis ini merupakan bagian dari cara checklist, yang kemungkinan merupakan metode identifikasi bahaya tertua.
  5. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) atau analisis pola kegagalan dan akibat, yaitu metode untuk mengidentifikasi bahaya yang melibatkan analisis modus kegagalan. Seperti apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya, serta kritikalitas dari kegagalan. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada sistem operasi.
  6. Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA) merupakan diagram logika yang digunakan untuk mewakili masing-masing dampak dari suatu peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa. Diagram ini juga menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian. FTA bersifat deduktif yang dilakukan dengan memunculkan akibat untuk mencari sebab. Sedangkan ETA bersifat induktif yang dilakukan dengan dengan menampilkan sebab (kejadian awal) untuk mencari akibat (kejadian akhir).
  7. Qualitative Risk Assessment merupakan pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor kualitatif, seperti iya atau tidak, lalu baik atau buruk terhadap faktor kemungkinan dan akibat kegagalan dari suatu kejadian (Wachyudi, 2010).
  8. Semi-quantitative Risk Assessment merupakan pengembangan penilain risiko dengan menggunakan suatu pemodelan untuk kejadian tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan rate event. Dengan pemodelan ini, akan menghasilkan akurasi data berdasarkan informasi awal yang diolah dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang ada.
  9. Quantitative Risk Assessment merupakan penilaian penuh dengan melakukan pemodelan pada semua kejadian, sehingga kemungkinan dampak dari suatu kegagalan dapat diketahui secara numerik. Dari sinilah akan didapati tingkat risiko yang cukup akurat.

Synergy Solusi member of Proxsis Group membantu perusahaan dalam meningkatkan kompetensi bagi para personel di bidang migas, diselenggarakan dengan berbagai metode pelatihan dan faislitas yang menunjang hingga mendapatkan pengukuhan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Sumber :
BATAN. (2012). Lampiran PerKa BATAN 020/KA/I/2012 Pedoman Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: BATAN.

Wachyudi, Y. (2010). Identifikasi Bahaya, Analisis, dan Pengendalian Risiko dalam Tahap Desain Proses Produksi Minyak & Gas di Kapal Floating Production Storage & Offloading (FPSO) untuk Projek Petronas Bukit Tua Tahun 2010 . Depok: Universitas Indonesia.

Rate this post
Bagikan halaman ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment

Submit