Konsep model kematangan keselamatan tampaknya sesuai dengan pengembangan budaya keselamatan dalam industri minyak dan gas lepas pantai. Industri saat ini sedang mencoba untuk mencapai perbaikan langkah-langkah secara keseluruhan demi keselamatan dan mempertimbangkan bahwa masalah perilaku dan budaya perlu ditangani untuk mencapai peningkatan ini.
Industri minyak dan gas lepas pantai saat ini sedang berupaya keras untuk menerapkan praktik terbaik dan mengidentifikasi alat dan teknik yang terbukti efektif dalam meningkatkan keselamatan. Terlepas dari pendekatan logistik, efektivitasnya mungkin dibatasi oleh heterogenitas keselamatan budaya di seluruh industri. Instalasi perusahaan atau pada tahap awal pengembangan budaya keselamatan kemungkinan besar akan memerlukan perbaikan teknik yang berbeda dari yang memiliki budaya keselamatan yang kuat. Model kematangan keselamatan budaya telah dikembangkan untuk membantu organisasi dalam menetapkan tingkat kematangan keselamatan budaya mereka saat ini dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan budaya mereka.
Konsep kematangan budaya keselamatan adalah hal baru dan karena itu penting untuk mengeksplorasi kegunaan potensi SCMM ( Safety Culture Maturity Model ) untuk meningkatkan keselamatan di industri minyak dan gas lepas pantai. Konsep model kematangan awalnya dikembangkan oleh Software Engineering Institute (SEI) sebagai mekanisme untuk meningkatkan cara perangkat lunak dibangun dan dipelihara. Model ini memberikan organisasi proses lima tingkat untuk tingkat kematangan keselamatan ini. Lima tingkatan tersebut adalah Initial, Repeatable, Defined, Managed dan Optimising. Konsep model Safety Maturity Level ini berguna karena memungkinkan organisasi untuk menetapkan tingkat kematangan mereka saat ini dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat berikutnya.
Berikut ini infografik Model Kematangan Budaya Keselamatan dari The Keil Center for the Health and Safety Executive. Laporan Teknologi Lepas Pantai 049:2000:
Gambar: Model Kematangan Budaya Keselamatan
- Tingkat 1-Muncul:
Keselamatan didefinisikan dalam hal solusi teknis dan prosedural dan kepatuhan terhadap peraturan. Keselamatan tidak dipandang sebagai risiko bisnis utama dan departemen keselamatan dianggap memiliki tanggung jawab utama untuk keselamatan. Banyak kecelakaan yang dianggap tidak dapat dihindari dan merupakan bagian dari pekerjaan. Sebagian besar staf garis depan tidak tertarik pada keselamatan dan mungkin hanya menggunakan keselamatan sebagai argumen dasar lainnya, seperti perubahan sistem shift.
- Tingkat 2-Pengelolaan:
Tingkat kecelakaan organisasi cenderung mengalami kecelakaan yang lebih serius daripada rata-rata. Keselamatan dipandang sebagai risiko bisnis dan waktu serta upaya pengelolaan yang dimasukkan ke dalam pencegahan kecelakaan. Keselamatan hanya didefinisikan dalam hal kepatuhan terhadap aturan dan prosedur serta kendali teknik. Kecelakaan dipandang sebagai hal yang dapat dicegah. Manajer melihat bahwa sebagian besar kecelakaan hanya disebabkan oleh perilaku tidak aman dari staf lini depan. Kinerja keselamatan diukur dalam hal indikator tertinggal seperti LTI ( Lost Time Injury ) dan insentif keselamatan berdasarkan pada penurunan tingkat LTI. Manajer senior reaktif dalam keterlibatan mereka dalam kesehatan dan keselamatan (yaitu mereka menggunakan hukuman ketika tingkat kecelakaan meningkat).
- Tingkat 3-Melibatkan:
Tingkat kecelakaan relatif rendah, tetapi telah mencapai titik tertinggi. Organisasi yakin bahwa keterlibatan karyawan lini depan dalam kesehatan dan keselamatan sangat penting, jika perbaikan di masa depan ingin tercapai. Manajer menyadari bahwa berbagai faktor penyebab kecelakaan dan akar penyebabnya sering kali berasal dari keputusan manajemen. Sebagian besar karyawan garis depan bersedia bekerja dengan manajemen untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan. Mayoritas staf menerima tanggung jawab pribadi untuk kesehatan dan keselamatan mereka sendiri. Kinerja keselamatan secara aktif dan datanya digunakan secara efektif.
- Tingkat 4-Kerjasama:
Mayoritas staf dalam organisasi yakin bahwa kesehatan dan keselamatan penting baik dari sudut pandang moral maupun ekonomi. Manajer dan staf garis depan menyadari bahwa berbagai faktor penyebab kecelakaan dan penyebab kemungkinan besar kembalinya keputusan manajemen. Staf garis depan menerima tanggung jawab pribadi untuk kesehatan dan keselamatan mereka sendiri dan orang lain. Diakui pentingnya semua karyawan untuk merasa dihormati dan diperlakukan secara adil. Organisasi melakukan upaya signifikan dalam tindakan proaktif untuk mencegah kecelakaan. Kinerja keselamatan memperingatkan secara aktif menggunakan semua data yang tersedia. Kecelakaan non-kerja juga dipromosikan dan promosi gaya hidup sehat.
- Level 5-Terus meningkat:
Pencegahan semua cedera atau cedera pada karyawan (baik di tempat kerja maupun di rumah) adalah nilai inti perusahaan. Organisasi telah mengalami periode berkelanjutan (tahun) tanpa kecelakaan yang dapat dicatat atau terjadi kejadian yang berpotensi tinggi, namun tidak ada perasaan puas pada diri sendiri. Mereka hidup dengan paranoia bahwa kecelakaan berikutnya akan segera terjadi. Organisasi menggunakan berbagai indikator untuk menyamakan kinerja tetapi tidak menggerakkan kinerja, karena memiliki kepercayaan pada proses keselamatannya. Organisasi ini terus berupaya untuk menjadi lebih baik dan menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan mekanisme pengendalian bahaya. Semua karyawan memiliki keyakinan yang sama bahwa kesehatan dan keselamatan adalah aspek penting dari pekerjaan mereka dan menerima bahwa pencegahan cedera non-kerja adalah penting. Perusahaan mengeluarkan banyak upaya dalam mempromosikan kesehatan dan keselamatan di rumah.
Sumber: Pusat Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Keil. Laporan Teknologi Lepas Pantai 049:2000.
